Mengapa Harus Diet?
Mengapa kita harus diet? Mengapa kegemukan menjadi momok
bagi kaum wanita? Oh tidak, momok bagi siapa saja, pria ataupun wanita. Setuju
ya?
Bayangin aja, kita yang dulu punya tubuh langsing semlohey,
memakai baju apa saja serba pantes dan pas sedap dipandang mata, kini tiba-tiba
berubah menjadi gemuk muk muuuuk.
‘’Ah nggak apa-apalah, biar gemuk yang penting sehat,’’ kata
ibu-ibu mantan pemilik tubuh langsing, yang sekarang badannya menjadi melar.
Yakin sehat nih? Bukankah kegemukan atau obesitas itu berpotensi
memunculkan banyak penyakit? Gak percaya? Googling deh, hehehe...!
Gemuk itu ya prens, tambahnya gak terasa, diam-diam bae
pokoke. Kita terlena, sambil berpikir, aaahhh belum gemuk-gemuk banget kok.
Besok-besok deh dietnya. Besok-besok? Kapan? Setahun lagi? Dua tahun lagi? Ya
begitulah kira-kira. Besok-besok buat emak-emak itu yaaa...lamaaa bingits.
‘’Berat badan ibu kelebihan 15 kilogram dari berat ideal,’’
kata seorang mas-mas yang merayu diriku untuk mampir ke gerai-nya di sebuah
acara festival kuliner.
Gerai-nya si mas-mas itu menawarkan cara menurunkan berat
badan yang sehat. Diriku diminta untuk timbang badan dulu. Bukan sembarang
timbangan, karena dia tahu berapa banyak lemak di perutku, hahaha...!
Singkat cerita, itu si mas-mas (di situ juga ada
mbak-mbaknya) menawarkan makanan sehat untuk diet yang harganya sekian ratus
ribu untuk sepuluh hari pertama.
‘’Kalau saya sudah mencapai berat ideal, lalu makan saya
ceroboh lagi gimana Mas?’’ tanyaku.
‘’Ya naik lagi nanti Bu,’’ jawabnya enteng.
Jawaban inilah yang membuatku shock. Bukan karena takut
gemuk lagi, bukan. Saya hanya berpikir waktu itu, kok jawabannya seperti itu?
Yang notabene, menakut-nakuti calon pelanggan dong? Hahahaha...! Seharusnya
jawabnya begini : Insya Allah enggak naik lagi Bu, yuk kita coba dulu?
Lha semisal besok-besok saya bakalan gemuk lagi, toh saya tidak
mungkin marah-marah lagi sama si mas-mas itu kan? Ya, anggap saja itu bagian
dari deritaku, hahahaha....!
Singkat cerita lagi, saya tidak memakai produknya. Pun
ketika saya dikasih voucher gratis sehari untuk makan pagi di gerainya, tidak
saya manfaatkan.
**
Tapi kelebihan limabelas kilo itu sangat mengganggu saya.
Okey, di usiaku yang segini, bisa jadi 65 kilogram. Lambat laun kalau nanti melebar
menjadi 70 kilogram? Apa tidak susah cara menurunkannya?
Saya mulai berpikir untuk diet, meskipun tidak ketat. Diet
ocd yang jendelanya diambil lebar-lebar, hahahaha. Maksudnya ocd jendela lebar
itu, saya mulai makan jam 10 pagi sampai jam 19.00. Hari selanjutnya seharusnya
mulai makan jam 11.00 sampai jam 18.00 tapi tetap tidak bisa. Okeylah
pelan-pelan, tidak apa-apa. Oh ya, saya juga mengurangi gula dan harus
berolahraga meskipun di atas kasur dengan cara pushup, menggerak-gerakkan
tangan, dan sebagainya.
**
Hasilnya gimana? Tubuh menjadi stress, karena tidak biasanya
olahraga dipaksa harus berolahraga meskipun ringan. Tubuh tetep perlu adaptasi.
Baru dapat sehari dua hari, tubuh mriyang-mriyang tidak enak. Pengen berhenti
saja. Ah, biarin saja gemuk!
Tapi sisi hati berbisik, banyak kaos dan kemeja yang tidak
muat lho? Juga perut gendutmu. Mendengar bisikan itu, akhirnya diet tetap saya
jalankan. Prinsipku sekarang, asal makan malam dibatasi sampai jam tujuh! Tidak
ada coffemix lagi di malam hari menemani ngetik, teh manis hangat malam-malam,
atau minuman manis lainnya. Coret semua dari daftar. Turun berat badannya lama
sekali juga biarin, asal tidak nambah lagi. Coba kalau tidak meluangkan waktu
khusus untuk diet, bakalan diem-diem bae itu berat badan naik. Hahahaha...
Tunggu lanjutannya ya? Maksudnya, tunggu hasil diet saya,
berhasil atau gagal! Hahahaha....!
**