Sabtu, 11 Agustus 2018

Mengapa Harus Diet?


Mengapa kita harus diet? Mengapa kegemukan menjadi momok bagi kaum wanita? Oh tidak, momok bagi siapa saja, pria ataupun wanita. Setuju ya?
Bayangin aja, kita yang dulu punya tubuh langsing semlohey, memakai baju apa saja serba pantes dan pas sedap dipandang mata, kini tiba-tiba berubah menjadi gemuk muk muuuuk.
‘’Ah nggak apa-apalah, biar gemuk yang penting sehat,’’ kata ibu-ibu mantan pemilik tubuh langsing, yang sekarang badannya menjadi melar.
Yakin sehat nih? Bukankah kegemukan atau obesitas itu berpotensi memunculkan banyak penyakit? Gak percaya? Googling deh, hehehe...!
Gemuk itu ya prens, tambahnya gak terasa, diam-diam bae pokoke. Kita terlena, sambil berpikir, aaahhh belum gemuk-gemuk banget kok. Besok-besok deh dietnya. Besok-besok? Kapan? Setahun lagi? Dua tahun lagi? Ya begitulah kira-kira. Besok-besok buat emak-emak itu yaaa...lamaaa bingits.
‘’Berat badan ibu kelebihan 15 kilogram dari berat ideal,’’ kata seorang mas-mas yang merayu diriku untuk mampir ke gerai-nya di sebuah acara festival kuliner.
Gerai-nya si mas-mas itu menawarkan cara menurunkan berat badan yang sehat. Diriku diminta untuk timbang badan dulu. Bukan sembarang timbangan, karena dia tahu berapa banyak lemak di perutku, hahaha...!
Singkat cerita, itu si mas-mas (di situ juga ada mbak-mbaknya) menawarkan makanan sehat untuk diet yang harganya sekian ratus ribu untuk sepuluh hari pertama.
‘’Kalau saya sudah mencapai berat ideal, lalu makan saya ceroboh lagi gimana Mas?’’ tanyaku.
‘’Ya naik lagi nanti Bu,’’ jawabnya enteng.
Jawaban inilah yang membuatku shock. Bukan karena takut gemuk lagi, bukan. Saya hanya berpikir waktu itu, kok jawabannya seperti itu? Yang notabene, menakut-nakuti calon pelanggan dong? Hahahaha...! Seharusnya jawabnya begini : Insya Allah enggak naik lagi Bu, yuk kita coba dulu?
Lha semisal besok-besok saya bakalan gemuk lagi, toh saya tidak mungkin marah-marah lagi sama si mas-mas itu kan? Ya, anggap saja itu bagian dari deritaku, hahahaha....!
Singkat cerita lagi, saya tidak memakai produknya. Pun ketika saya dikasih voucher gratis sehari untuk makan pagi di gerainya, tidak saya manfaatkan.
**
Tapi kelebihan limabelas kilo itu sangat mengganggu saya. Okey, di usiaku yang segini, bisa jadi 65  kilogram. Lambat laun kalau nanti melebar menjadi 70 kilogram? Apa tidak susah cara menurunkannya?
Saya mulai berpikir untuk diet, meskipun tidak ketat. Diet ocd yang jendelanya diambil lebar-lebar, hahahaha. Maksudnya ocd jendela lebar itu, saya mulai makan jam 10 pagi sampai jam 19.00. Hari selanjutnya seharusnya mulai makan jam 11.00 sampai jam 18.00 tapi tetap tidak bisa. Okeylah pelan-pelan, tidak apa-apa. Oh ya, saya juga mengurangi gula dan harus berolahraga meskipun di atas kasur dengan cara pushup, menggerak-gerakkan tangan, dan sebagainya.
**
Hasilnya gimana? Tubuh menjadi stress, karena tidak biasanya olahraga dipaksa harus berolahraga meskipun ringan. Tubuh tetep perlu adaptasi. Baru dapat sehari dua hari, tubuh mriyang-mriyang tidak enak. Pengen berhenti saja. Ah, biarin saja gemuk!
Tapi sisi hati berbisik, banyak kaos dan kemeja yang tidak muat lho? Juga perut gendutmu. Mendengar bisikan itu, akhirnya diet tetap saya jalankan. Prinsipku sekarang, asal makan malam dibatasi sampai jam tujuh! Tidak ada coffemix lagi di malam hari menemani ngetik, teh manis hangat malam-malam, atau minuman manis lainnya. Coret semua dari daftar. Turun berat badannya lama sekali juga biarin, asal tidak nambah lagi. Coba kalau tidak meluangkan waktu khusus untuk diet, bakalan diem-diem bae itu berat badan naik. Hahahaha...
Tunggu lanjutannya ya? Maksudnya, tunggu hasil diet saya, berhasil atau gagal! Hahahaha....!
**    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar